"Sori ya, saya telat, karena bla ..bla..bla..." Biasanya kita dengar kalimat ini dari orang yang tidak datang tepat waktu alias telat. Sejuta alasan akan dikemukakan untuk jadi pembenaran keterlambatannya. Kalau masalahnya bukan pada dia tapi pada lingkungan yang bikin dia telat. Bukan salah saya dong kalo jalanan macet, kendaraan mogok, hp lowbat trus alarmnya mati, hujan, ketiduran, bla..bla..bla..(sebagian dari sejuta alasan yang bisa diajukan).
Kalo anda masih normal pasti setuju kebiasaan suka telat bukan sesuatu yang patut dibanggakan. Menjadi pribadi yang suka telat membuat kita di cap tidak bertanggung jawab atau tidak profesional.
Mengapa kita suka telat?
- Semua orang telat. Sudah jadi pemahaman umum bahwa semua orang pasti telat. Jika orang lain boleh telat mengapa kita harus on time? Ntar kita jadi manusia aneh kalo lain sendiri.
- Telat sudah jadi budaya. Setiap acara yang diadakan meskipun sudah di set waktunya pasti mulainya selalu telat dengan segala macam alasan.
- Sudah maklum. Kita semua bisa memaklumi dan menerima begitu saja sesuatu yang tidak sesuai jadwal alias terlambat, termasuk orang /atasan / pejabat yang telat.
- Terlalu meremehkan waktu. Bagi PNS yang digaji sesuai jam kerja dari pagi sampai sore, telat itu sama dengan korupsi waktu. Pekerjaan maupun pelayanan bisa dimulai atau diselesaikan lebih awal, berhubung petugasnya telat harus terhambat dan merugikan masyarakat dan negara yang menggajinya.
- Tidak termotivasi untuk datang tepat waktu. Ngapain harus datang tepat waktu, acaranya sudah pasti telat, panitianya telat, pesertanya telat, begitu mungkin pikirnya.
- Suka mencari alasan. Kita terbiasa untuk mencari alasan untuk membenarkan tingkah laku kita, meskipun kadang-kadang dibumbui sedikit kebohongan dengan harapan citra kita tetap baik di mata orang lain.
- Rasa malu kurang. Karena telat sudah jadi budaya, semua orang akan memaklumi tidak perlu malu jika jadi Raja / Ratu Telat. Telat bukan dosa toh? kok pada repot! Biasa aja... Pikiran yang sangat egois! Jika kita tidak rugi apapun mungkin ada orang lain yang dirugikan dengan keterlambatan kita. Menunggu adalah pekerjaan yang menjemukan bukan?
Telat bukan alasan tapi pilihan !
Kebiasaan telat itu bukan alasan tapi pilihan. Kita memilih untuk telat dengan mencari alasan untuk membenarkan pilihan kita.
- Mulai dari diri sendiri. Jika semua orang telat cobalah menjadi orang pertama yang selalu datang on time. Tidak perlu merasa menjadi manusia aneh ! Jika ingin membudayakan sesuatu yang baik seperti budaya tepat waktu mulai dari diri sendiri.
- Beri kesan baik dan profesional. Acara atau rapat yang dilaksanakan tepat waktu akan memberi kesan profesional bagi diri, organisasi maupun bisnis. Setiap orang suka bekerjasama dengan orang yang profesional.
- Hargai waktu. Berapa banyak kegiatan produktif maupun pelayanan yang bisa kita berikan jika waktu dimanfaatkan dengan baik. Bahkan ada pepatah kalo waktu adalah uang.
- Malu jika telat. Seiring dengan perkembangan jaman, rasa malu pun ikut terdegradasi (halah.. bahasa susah)..singkatnya mungkin rasa malu sudah mulai berkurang! Coba pikirkan kembali kalau ada orang lain yang dirugikan karena keterlambatan kita sama saja dengan kita mendzolimi orang lain. Berbuat dzolim kan dosa !
- Siapkan diri. Jalan lebih awal jika kita tahu bahwa akan melewati jalur macet, periksa kendaraan agar berfungsi dengan baik, siapkan mantel hujan bagi pengendara motor, pastikan baterai HP dalam kondisi full dan pulsanya tidak cekak!
- Alasan adalah pilihan terakhir. Jika kita sudah memilih untuk tepat waktu dan mengusahakannya tetapi masih terlambat juga karena sesuatu di luar kemampuan kita, sebaiknya menelpon bahwa anda akan terlambat, mohon maaf dan kemukakan alasannya secara proporsional.
Soal waktu mungkin kita perlu belajar dari Jepang bagaimana mereka bisa sukses karena menghargai waktu.
Sopir bis kota di Kyoto Jepang memiliki time table kapan harus tiba di setiap halte, supaya tetap bisa on time |
0 comments:
Post a Comment